CBIS (COMPUTER BASED INFORMATION SYSTEM),
DSS (DECISION SUPPORT SYSTEM), & SISTEM PAKAR
I.
CBIS (Computer
Based Information System)
Sistem informasi berbasis komputer (CBIS) yang
dimaksud adalah sistem informasi yang terhubung (online), tepat waktu (real
time) dan dapat dipercaya (reliable). Pengembangan sistem informasi berjalan
seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi, bahkan keduanya menciptakan
lompatan-lompatan teknologi yang mempercepat perkembangan kemampuan keduanya
secara bersama-sama (Alter, 2002:25).
Sistem informasi berbasis komputer mempunyai pola
yang jelas yaitu sistem induk (super sistem), subsistem dan subsubsistem sampai
dengan sistem terkecil yang tak dapat diuraikan lagi (McLeod, 2001,115).
Model CBIS tersebut adalah
modifikasi model yang disusun oleh McLeod & Schell. Komponen CBIS
terdiri dari:
• Sistem
informasi enterprise (EntIS) yaitu
suatu sistem informasi yang memuat semua data transaksi perusahaan/organisasi
secara terinci. Pemahaman mengenai sistem informasi enterprise sebagai induk
yang antara lain terdiri dari sistem informasi akuntansi. Sistem informasi enterprise ini akan digunakan oleh
sistem informasi lainnya sebagai salah satu sistem input.
• Sistem
informasi manajemen terdiri dari
sistem informasi sumber daya informasi (IRIS),
sistem informasi pemasaran (MKIS), sistem informasi manufaktur atau disebut
juga sistem informasi operasional (OpIS), sistem informasi keuangan (FIS), dan
sistem informasi sumber daya manusia (HRIS).
Kelima sistem ini disebut juga sebagai sistem fungsional yang akan membantu
manajemen mengelola kegiatan fungsionalnya. Informasi dari kelima sistem
fungsional ini dapat digunakan oleh pihak eksekutif dengan mengolahnya dengan
menggunakan sistem informasi eksekutif (EIS).
• Sistem
Penunjang keputusan manajemen
yang terdiri dari: sistem informasi pendukung keputusan (DSS), dan sistem pakar
(ES) atau sistem pusat pengetahuan (knowledge based system). Kedua
sistem ini dapat digunakan satu setelah yang lain pada tiap sistem informasi
yang dirancang.
• Virtual
office (kantor maya) adalah pengembangan dari penggunaan office
otomation yang akan sangat berguna jika mendapat dukungan dari CBIS karena virtual
office memungkinkan manajemen menghubungkan fasilitasfasilitas kantor yang
ada lewat jalur komunikasi yang tersedia.
II.
DSS (Decision
Support System)
DSS adalah sistem
berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan dalam
menggunakan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur.
Raymond McLeod
& George Schell (2004) menjelaskan
bahwa “DSS menyediakan informasi pemecahan masalah maupun kemampuan komunikasi
dalam memecahkan masalah semi-terstruktur. Informasi dihasilkan dalam bentuk
laporan periodik dan khusus, dan output dari model matematika dan sistem pakar.
Konsep DSS yaitu pada akhir tahun 1960-an, dimulai dengan timesharing komputer.
Untuk pertama kalinya seseorang dapat berinteraksi langsung dengan komputer
tanpa harus melalui spesialis informasi. Kemudian
pada tahun 1971 istilah DSS diciptakan oleh G. Anthony Gorry dan Michael S. Scott
Morton. Pada tahun 1976 Steven L. Alter saat itu mahasiswa tingkat doctor di
MIT, dengan berdasarkan kerangka kerja Gorry dan Scott Morton melakukan
penelitian atas 56 sistem pendukung keputusan. Penelitian itu memungkinkan
mengembangkan suatu taksonomi dan enam jenis DSS yang didasarkan pada tingkat
dukungan pemecahan masalah.
Perintis DSS
lain yaitu Peter G. W. Keen, bekerjasama dengan Scott Morton
mendefinisikan 3 tujuan yang harus dicapai DSS:
• Membantu
manajer membuat keputusan untuk memecahkan masalah semi-terstruktur.
• Mendukung
penilaian manajer bukan mencoba menggantikannya.
• Meningkatkan
efektifitas pengambilan keputusan manajer daripada efisiensinya.
Tipe DSS yaitu ada 2, di antaranya adalah Model-driven DSS yang merupakan suatu sistem yang berdiri sendiri terpisah dari sistem informasi organisasi secara keseluruhan. Kedua yaitu Data-driven DSS yang menganalisis sejumlah besar data yang ada atau tergabung di dalam sistem informasi organisasi.
III.
Sistem Pakar
Sistem Pakar (expert
system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer,
agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh
para ahli. Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan suatu
permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para ahli.
Sistem Pakar memiliki keuntungan dan kelemahan, berikut adalah
keuntungannya:
1)
Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan
para ahli.
2)
Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis.
3)
Menyimpan pengetahuan & keahlian para pakar.
4) Mampu mengambil & melestarikan keahlian para pakar
(terutama yang termasuk keahlian angka).
5)
Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya.
6) Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang
tidak lengkap & mengandung ketidakpastian. Pengguna bisa merespon dengan
jawaban ‘tidak tahu’/’tidak yakin’ pada satu atau lebih pertanyaan selama
konsultasi & sistem pakar tetap akan memberikan jawaban.
7) Tidak memerlukan biaya, saat tidak digunakan,
sedangkan pada pakar manusia memerlukan biaya sehari-hari.
8)
Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan dengan waktu yang
minimal & sedikit biaya.
9) Dapat memecahkan masalah lebih cepat daripada
kemampuan manusia dengan catatan menggunakan data yang sama.
10) Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.
11) Meningkatkan
kualitas & produktivitas karena dapat memberi nasehat yang konsisten &
mengurangi kesalahan.
12) Meningkatkan
kapabilitas sistem terkomputerisasi yang lain. Integrasi Sistem Pakar dengan
sistem komputer lain membuat lebih efektit & bisa mencakup lebih banyak
aplikasi.
13) Mampu
menyediakan pelatihan. Pengguna pemula yang bekerja dengan sistem pakar akan
menjadi lebih berpengalaman. Fasilitas penjelas dapat berfungsi sebagai guru.
Selanjutnya ada
kelemahan yang dimiliki Sistem Pakar, yaitu sebagai berikut:
1)
Biaya yang diperlukan untuk membuat, memelihara, dan
mengembangkannya sangat mahal.
2) Sulit dikembangkan, hal ini erat kaitannya dengan
ketersediaan pakar di bidangnya & kepakaran sangat sulit diekstrak dari
manusia karena sangat sulit bagi seorang pakar untuk menjelaskan langkah mereka
dalam menangani masalah.
3) Sistem pakar tidak 100% benar karena seseorang yang
terlibat dalam pembuatan sistem pakar tidak selalu benar. Oleh karena itu perlu
diuji ulang secara teliti sebelum digunakan.
4) Pendekatan oleh setiap pakar untuk suatu situasi atau
problem bisa berbeda-beda, meskipun sama-sama benar.
5)
Transfer pengetahuan dapat bersifat subjektif dan
bias.
6)
Kurangnya rasa percaya pengguna dapat menghalangi
pemakaian sistem pakar.
IV.
Referensi
Bodie, Z. and
Robert C. M. (2000). Finance. New Jersey: Prentice Hall.
Birgham, E. F.,
and Joel F. H. (2001). Fundamentals of financial management, 9th
edition. Florida, Harcort, Inc-Orlando.
Megginson, W. L.
(1997). Corporate finance theory. Massachusetts: Addison-Wesley Longman,
Inc.
Saliman. (2010).
Mengenal decision support system (DSS). 10(01). 87:101. DOI= https://doi.org/10.21831/efisiensi.v10i1.3971
https://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Minarni/kecerdasan_buatan/BAB%20V%20Sistem%20Pakar.pdf
No comments:
Post a Comment