Monday, November 27, 2017

Analisis Kasus Video Viral Anak-Anak Zaman Sekarang dan Kaitannya Dengan Adegan Sinetron Pertelevisian Indonesia


 “Lo Ngomongin Gue di Perosotan, kan?!”



    A.   Analisis Kasus

Sinetron saat ini sudah membawa banyak pengaruh bagi kondisi perilaku masyarakat Indonesia, tidak terkecuali perilaku masyarakat Indonesia yang masih di bawah umur alias anak-anak. Konsep pemikiran anak-anak yang masih terbilang “ikut-ikutan” lebih rentan terkena pengaruh atau bawaan-bawaan dari lingkungan mereka, termasuk hal-hal yang mereka lihat dan dengar. Saluran pertelevisian Indonesia masih kurang baik dalam melakukan pemilihan materi untuk ditayangkan, sehingga perhatian dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) harus lebih banyak dan terus berjalan.


         
Salah satu contoh kasus dari dunia pertelevisian ialah sebuah video viral yang berjudul/mengandung unsur kalimat “Lo ngomongin gw di perosotan, kan?!”. Video amatir tersebut berisikan tentang sekumpulan anak-anak (terlihat saat pulang sekolah di lingkungan perumahan) yang mendatangi atau melabrak seorang gadis kecil yang dipahami telah membicarakan teman lainnya secara diam-diam atau bergosip. Sebelum salah satu gadis kecil yang memakai pakaian berwarna merah muda melabrak, sekumpulan teman lainnya mengolok-olok gadis berambut pendek tersebut. Lalu ia berkata, “Lo ngomongin gw di perosotan kan?!” (seperti contoh gambar kejadian di atas). Disambung lagi dengan kalimat: “Lo ngomongin gw kan di perosotan, lu ngaku dah!”.

          Bisa dilihat bahwa perilaku gadis yang melabrak tersebut pernah terlihat sekali atau beberapa kali dari adegan-adegan yang ada dalam sinetron atau dunia perfilman.

           Dapat dikatakan bahwa adegan sinetron tertentu telah menjadi pengaruh bagi anak-anak tersebut. Mereka menjadi terbiasa menonton secara diam-diam atau “terlanjur dan terpaksa” melihat adegan-adegan yang tidak baik dikarenakan orangtua hobi menonton sinetron tentang permasalahan kehidupan atau bahkan lingkungan perumahan mereka (para tetangga) yang tidak menjaga sikap mereka saat di depan anak-anak. Terkadang memang susah bagi para orangtua untuk memberi nasehat anak-anak mereka secara terus-menerus tentang persoalan yang sama. Namun sebenarnya seluruh pihak lah yang harus bertanggung jawab dengan hal-hal yang bersangkutan.

          Dengan kejadian “Bocah Perosotan” ini, sebenarnya suatu hal yang lucu juga karena jika orang-orang dewasa yang melakukan perilaku tersebut, masih berbatas wajar (jika ada temannya yang tidak jujur atau menipu atau bergosip dan sebagainya). Namun berbeda hal jika anak-anak yang melakukannya. Mereka menyebutkan lokasi atau tempat yang dimana anak-anak sering bermain dan berkumpul pada umumnya, yaitu perosotan. Terdengar aneh juga karena ketika mereka mengatakan kalimat-kalimat “sok jagoan”, mereka merasa bahwa mereka yang paling hebat, paling benar, dan merasa sudah dewasa, tetapi nyatanya belum.

Berikut cuplikan dari kejadian tersebut:

sumber: https://www.youtube.com/watch?v=C79GEmkD1Xw


B.   Penutup dan Saran


Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perilaku dalam sinetron-sinetron Indonesia mencerminkan perilaku yang buruk yaitu peran antagonis yang tidak baik untuk ditiru oleh anak-anak, seperti perilaku “Bocah Perosotan” melabrak temannya di depan umum.

Dibutuhkan sekali banyak peran dari orang-orang dewasa di sekitar lingkungan dan media massa/sosial. Tumbuh kembang anak-anak bangsa harus selalu dipantau demi masa depan yang baik bagi semua masyarakat. Kebijakan pertelevisian Indonesia juga harus lebih pintar dan selektif dalam memilih topik-topik yang pasti akan ditonton oleh berbagai macam kalangan.



                                                             ..~..

No comments:

Post a Comment